Ingin jadi apa ? Mo seperti apa? maumu apa? mungkin kalimat- kalimat ini akan selalu terlintas dan mungkin sering kita ucapkan saat kita memerankan diri menjadi orang tua. Saat kita mendapatkan amanah, anugrah terindah yaitu buah cinta, maka yang akan kita pikirkan adalah apa yang bisa kita lakukan untuk kebahagiaan titipan Allah ini.
Selalu dalam detak napas, dan langkah kita, hal-hal terbaik yang kita miliki berusaha kita curahkan untuknya. Cinta kasih, kesabaran, kehangatan dan kelapangan hati untuk mau selalu belajar menjadi orang tua super akan selalu kita lakukan agar bisa memberi yang terbaik pada mereka. Tentunya sering kita menggantungkan harapan dan memaksakan pandangan kita untuk kebaikan anak-anak tercinta. Namun terkadang kita salah dalam memilih cara terbaik untuk menyampaikan apa yang ada dalam pikiran kita.
Sebagai orang tua seharusnya kita mau membuka diri dan slalu belajar dari apa yang ada di depan kita, bagaimana menghadapi anak-anak kita yang sangat-sangat berbeda satu sama lain. Selain itu ketrampilan-ketrampilan apakah yang akan kita berikan sebagai bekal mereka dalam menghadapi hidup. Jika kita hanya berkutat pada kemampuan akademik anak, maka hal ini akan membuat sudut pandang baru pada anak, bahwa pintar dan berprestasi dalam hal akademik di sekolah itu adalah syarat penting untuk jadi orang sukses. Dan bila hal ini terjadi, anak akan menutup diri dari kemampuan lain yang lebih penting yaitu Spiritual skill dan life skill.
Life Skill adalah kemampuan tuk menjalani kehidupan, yang termasuk disini adalah anak harus memiliki citra diri yang baik dan paham akan kemampuan yang dimilikinya, mampu berinteraksi dengan baik, mudah beradaptasi, bisa memanage waktu, memiliki kontrol diri yang baik, memiliki kepedulian yang tinggi dengan sekitarnya, jujur, bertanggung jawab dan lain-lain.
Dengan cara apakah Life Skill ini bisa ditumbuhkan ??? Mungkin hanya beberapa sekolah yang mau bersusah payah untuk menjadikan life skill sebagai konsep pembelajaran. Salah satu yang dilakukan oleh SAIMS adalah program turun ke desa. Di dalam program itu, siswa diwajibkan untuk merasakan kehidupan di pedesaan selama beberapa hari. Dengan program ini anak-anak akan lebih paham adanya kehidupan yang nyata, mereka akan belajar hidup mandiri,mau berbagi, memiliki empati pada sesama dan yang paling penting, mereka akan menjadi anak-anak yang pandai bersyukur.
Aku Rindu
15 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar