Technopreneur adalah orang yang memulai bisnis berbasis pada inovasi teknologi. Atau bisa juga disebut sebagai wirausahawan teknologi. Biasanya mereka akan menggabungkan atau memadukan antara teknologi dan pasar yang akhirnya bermuara pada bisnis.
Orang macam ini harus memiliki sejumlah sikap pendukung di antaranya memiliki keinginan kuat untuk mengejar prestasi, memiliki kemampuan konseptual, dan kekuatan memecahkan masalah yang tinggi. Selain itu, mereka juga harus memiliki wawasan dan cara pikir yang luas, percaya diri tinggi dan toleran, berani mengambil risiko, realistis, punya kemampuan interpersonal, dan mampu menahan emosi.
Dari uraian diatas mungkin dapat disimpulkan bahwa technopreneur adalah salah satu bentuk pengembangan dari seorang enterpreneur, atau bisa dikatakan bahwa seorang technopreneur adalah paket lengkap dalam pengembangan jiwa enterpreneurship pada diri seseorang. Pengetahuan tentang teknologi, kreatif dan mampu tuk menemukan inovasi-inovasi terbaru sesuai dengan apa yang diinginkan pasar akan membuat seorang enterpreneur mampu tuk bersaing dengan yang lain.
Dari salah satu seminar yang diadakan oleh Balitbang dan UPN Veteran Sby, sempat dikatakan oleh salah satu pembicara, bahwa technopreneur merupakan jalan terbaik untuk mengurangi pengangguran dan membuka peluang tuk meningkatkan kesejahteraan di indonesia.
Yang saat ini menjadi masalah adalah, Indonesia hanya memiliki 0,25 persen enterpreneur dari total jumlah penduduk yang ada. Padahal sebuah negara akan bisa menjadi negara maju bila di dalam negara memiliki enterpreneur paling sedikit 1 % dari totalpenduduknya.
Apa yang menjadi penyebabnya??? sebaiknya pertanyaan ini kita renungkan kembali. Selama ini kita dididik dalam lingkungan dengan pola pendidikan non keahlian. Kita dari kecil hanya belajar di sekolah, mengikuti kurikulum yang ada, dan jarang diantara kita bisa mengetahui bakat dan ketertarikannya dibidang tertentu. Hal ini membuat kita tidak memiliki bidang keahlian secara spesifik, maksudnya disini adalah kita hanya mempelajari apapun secara sepintas tanpa tahu apapun secara mendalam.
Selain itu yang sering dilakukan oleh orang tua adalah menuntut anaknya untuk pintar secara akademik, berprestasi gemilang di dunia pendidikan, cepat dalam menyelesaikan masa studi, lalu mendorong sang anak untuk mencari pekerjaan. Sehingga bila kita coba jujur dengan diri sendiri, apakah kita terbentuk seperti itu ??? jawabannya balik lagi ke diri masing-masing.
Pada beberapa kalangan, memiliki pekerjaan tetap, menjadi pegawai, punya gaji bulanan, punya dana pensiunan adalah hal yang membanggakan, dan merupakan keinginan banyak orang. Padahal bila kita mau menilik lebih jauh, pola pikir inilah yang membuat negara ini tidak bisa berkembang, karena yang ada adalah keinginan untuk mencari pekerjaan, bukan menciptakan lapangan pekerjaan.
Bila pola pendidikan dan pola pikir ini dilanjutkan dan diturunkan ke anak cucu kita maka kita harus siap-siap untuk menjadi negara yang miskin. Karena pengangguran akan semakin banyak, sedangkan lapangan pekerjaan makin sedikit. Seperti yang terjadi sat ini, di era pasar global banyak perusahaan yang gulung tikar, sehingga para pegawai dirumahkan atau di PHK.
Ngeri bila membayangkan hal itu, dimana kita selama ini seolah-olah menggantungkan nasib kita pada sesuatu, yaitu pada suatu kondisi yang tak dapat kita kendalikan. Berbeda keadaannya bila seseorang memiliki jiwa enterpreneur. Dia akan selalu menggantungkan hidupnya pada kerja kerasnya, pendapatan yang diterima juga sesuai dengan apa yang dilakukannya, bahkan mungkin dia akan menjadi tempat bersandar bagi beberapa orang pegawainya. dalam hal pengembangan diri pasti eseorang yang memiliki jiwa enterpreneur akan memiliki wawasan bisnis dan inovasi yang lebih luas dan lebih tajam.
Jadi seharusnya kita memikirkan ulang, apakah kita akan selamanya menggantungkan nasib pada suatu kondisi yang tidak bisa diprediksi. Mungkin akan lebih baik bila kita mulai memikirkan untuk memiliki usaha sampingan yang menghasilkan, sekaligus untuk mempertajam kemampuan bisnis. Syukur-syukur bisa menjadi seorang technopreneur .